Assalamu'alaikum kawan....!!
Bila Alloh menghendaki hambaNya beriman, maka berimanlah ia, bila Ia menghendaki hambaNya kufur maka kufurlah ia. Betapapun begitu, aku tetap ridlo dan ikhlash dengan apa yang telah Alloh tuliskan bagiku di lauh al mahfudz. Aku hanyalah seorag hamba yang berusaha untuk bisa menjadi manusia yang sebenarnya. Manusia yang memiliki hati nurani. Aku sadar betul, masih jauh aku dari sifat manusia yan sesungguhnya.
Allohpun telah sampaikan kepada hambaNya bahwa perubahan bisa terjadi pada manusia bila ia merubahnya sendiri. Sehingga dengan kemauan diri lah semua bisa berubah. Tarik menarik daya ilahiyah dan dan daya tarik syaithiniyah selalu terjadi dalam diri. Adakalanya manusia berhasil mengalahkan daya tarik syaithoniyah sehingga cahaya Ilaahi muncul dari dirinya. Namun sering pula daya tarik syaithoniyah berhasil membawanya kepada kemaksiyatan, sehingga nafsu dominan menguasai dirinya.
Bagaimanapun juga hidup ini adalah pilihan pilihan. Seorang bebas memilih yang dia kehendaki, namun setiap pilihan pilihan dalam hidupnya ada resiko yang harus ditanggung. Semua sudah diterangkan Alloh dengan sejelas jelasnya bahwa sesuatu yang baik itu sudah jelas, demikian juga sesuatu yang burukpun juga telah jelas dan telah dijelaskan olehNya.
Seakan Alloh mengatakan, silahkan saja bila mau memilih yang buruk..., tapi tanggung sendiri akibatnya demikian juga sebaliknya.
PAgi ini ane juga membaca artikel dengan judul Hidup Bukan Pilihan, sebebare gak jauh beda...tingggal bagaimana kita memaknai aja kok. simak ya ...
PAgi ini ane juga membaca artikel dengan judul Hidup Bukan Pilihan, sebebare gak jauh beda...tingggal bagaimana kita memaknai aja kok. simak ya ...
Hidup Bukan Pilihan
Mengapa ada orang jahat? Mengapa ada orang baik? Dan mengapa ada
orang yang tidak peduli dengan kehidupannya di dunia ini? Bahkan ia
ingin mengakhirinya sesegera mungkin. Naudzubillahi min dzalik.
Suatu pernyataan yang kurang tepat sedari kecil nampaknya telah
mengungkung pikiran kita agar tetap terlena nyaman. Pernyataan inilah
yang mampu menjawab tiga pertanyaan diatas. Katanya, hidup adalah pilihan. Akibatnya, dari sini selalu muncul pembenaran-pembenaran atas kelakuan kita yang melenceng dari syariat Islam.
Hidup adalah pilihan, terlalu banyak yang bisa dipilih sesuai keinginan
kita. Nafsu . Manusia senantiasa berfoya-foya dengan berbagai jalan
hidup yang ingin ia tempuh. Selalu saja ada alasan untuk melonggarkan
diri dari tuntunan Allah. Tapi, pernyataan ini sangat tidak pernah saya
setujui, namun sayang saya belum mampu membuktikan bahwa hidup bukan pilihan !
Semuanya tertulis lengkap, rencana Allah untuk tiap kepala yang dihidupkan-Nya, di Laul Mahfudz. Berawal
dari penciptaan embrio, kitalah yang dipercaya Allah untuk menjadi
salah satu dari sekian ribu juta manusia bumi. Bukan kebetulan dan
sekali lagi, hidup bukan pilihan. Kitalah sel telur yang berhasil
dibuahi oleh sperma dan tumbuh hingga dewasa seperti sekarang ini. Allah
yang memilih kita, tapi kita tidak bisa memilih untuk tetap bergelung
di dalam rahim ibu. Kita harus dilahirkan dan hidup sebagai seorang Homo sapiens. Yang mungkin belum kita sadari, kita semua pernah berkomitmen dengan Allah, jauh sebelum kita dilahirkan.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan).” QS. Al-A’raf : 172
Manusia telah diajari bertanggung jawab, bahkan sebelum ia menghirup
oksigen di bumi. Allah sendiri yang berbicara langsung dengan Bani Adam
(keturunan Adam) dan mengambil kesaksian atas masing-masing makhluk
ciptaan-Nya ini. Allah menuntut kita menjadi seorang yang bertanggung
jawab, dengan menepati janji yang telah disepakati kedua belah pihak.
Perlu saya ulangi, kita memang tidak menyadari ada momen dimana kita
berjanji langsung dengan Allah bahwa kita siap berpetualang di planet
biru ini. Tapi telah jelas tertulis di Al-Quran bahwa benar ada adegan
ini dan kita wajib mengimaninya. Siap atau tidak roller coaster akan segera meluncur. Hidup akan terus bergulir. Tak ada pilihan menjadi orang malas, karena itu bukan ajaran Islam. Tak ada pilihan menjadi orang sombong, karena itu bukan ajaran Islam.
Tak ada pilihan menjadi koruptor apalagi pembunuh, karena itu benar
bukan ajaran Islam . Yang ada hanyalah pilihan untuk bersikap selayaknya
agama ini diturunkan di semesta ini, rahmatan lil alamin. Mengapa?
Yah, ini konsekuensinya, kita harus menurut dengan Sang Empunya,
menaati semua peraturan-Nya, dan tidak melanggar larangan-Nya.
Sungguh tidak ada alasan lagi bagi seorang manusia untuk melakukan
perbuatan yang “suka-suka” atau mereka memang sedang sengaja
mendeklarasikan diri sebagai orang yang tak tahu diri. Orang yang tak
bisa menepati janji. Sudah diberi jatah hidup, malah dihabiskan untuk mengkhianati perjanjian di awal dengan pihak kedua, Sang Pencipta.
Dari sini saya makin yakin dengan prinsip yang selama ini masih
abu-abu bahwa hidup memang bukan pilihan. Bukan tempat untuk coba-coba
hal negatif atau coba-coba bermaksiat. Karena hidup dengan kaki
menginjak tanah hitam ini merupakan ujian menuju level selanjutnya,
kehidupan yang kekal : akhirat. Jika kita masih bertahan sebagai salah
satu penduduk bumi, itu artinya kita telah lolos kualifikasi dan
dianggap mampu memakmurkan bumi oleh Allah. Jangan pernah mengkhianati
kepercayaan Allah ini dengan berlaku semena-mena baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun alam tempat tinggal kita. Jangan pernah
mengecewakannya. Ditambah lagi, hidup ini bukan main-main. Allah sendiri
yang mengatakan di Al-Qur’an :
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami? QS. Al-Mu’minun : 115
Mugkin dari sini muncul alasan lain, pemberontakan “Why so serious?”
oleh kalangan yang tak kenal dosa. Semoga kita bukan termasuk
orang-orang golongan ini, golongan yang tidak berpikir. Tidak visioner.
Mereka bersenda gurau berlebihan, berleha-leha di dunia, dan melakukan
sesuatu semau mereka. Apa namanya jika mereka bukan disebut golongan
yang tidak berpikir? Mereka hanya mendapat kesenangan semu, kepuasan dan
tawa renyah sesaat. Tapi balasannya, mereka akan mendapat siksa yang
pedih di akhirat nanti. Mereka masih menganggap hidup memiliki banyak
pilihan yang bisa dimainkan seperti mengocok dadu di meja judi.
Beruntung dan tersenyum haram. Ketidaksabaran menahan godaan untuk tetap
di jalur yang benar harus ditebus dengan kehidupan yang kekal dengan
kondisi sebaliknya dari yang ia lakukan selama di kehidupan fana. Jadi,
tak bisakah kau bersabar sedikit lebih lama demi kehidupan kekal yang
lebih indah, Kawan?
Saya mengalami sendiri, mendapat pencerahan ini adalah efek karena
sering berinteraksi dengan Al-Qur’an. Selain membaca, mentadaburi, dan
(insya allah) mengamalkannya selalu saya coba terapkan. Tak perlu kita,
umat muslim, bingung mencari motivator atau psikiater karena dari kitab
inilah justru jawaban semua masalah hati terpenuhi. Salah satunya adalah
tentang penegas bahwa hidup kita bukan pilihan. Hidup harus
dipertanggungjawabkan.
Yah, bahasa ini memang tak akan bisa seindah Al-Qur’an. Apalah daya
tangan berjari limaku dalam membuat tulisan jika dibandingkan dengan
kuasa-Nya membuat langit, bumi, hingga bakteri Clostridium botulinum di dunia ini. Semoga sedikit ulasan ini bisa menjadi batu lompatan untuk menjadi muslim yang lebih baik lagi. Wallahu’alam bisshawab..
semangat membuat rencana hidup dan targetkan..raih....nikmati prosesnya kawan....
ReplyDeletesip
Delete