Bila Alloh menghendaki hambaNya beriman, maka berimanlah ia, bila Ia menghendaki hambaNya kufur maka kufurlah ia. Betapapun begitu, aku tetap ridlo dan ikhlash dengan apa yang telah Alloh tuliskan bagiku di lauh al mahfudz. Aku hanyalah seorag hamba yang berusaha untuk bisa menjadi manusia yang sebenarnya. Manusia yang memiliki hati nurani. Aku sadar betul, masih jauh aku dari sifat manusia yan sesungguhnya. 
Allohpun telah sampaikan kepada hambaNya bahwa perubahan bisa terjadi pada manusia bila ia merubahnya sendiri. Sehingga dengan kemauan diri lah semua bisa berubah. Tarik menarik daya ilahiyah dan dan daya tarik syaithiniyah selalu terjadi dalam diri. Adakalanya manusia berhasil mengalahkan daya tarik syaithoniyah sehingga cahaya Ilaahi muncul dari dirinya. Namun sering pula daya tarik syaithoniyah berhasil membawanya kepada kemaksiyatan, sehingga nafsu dominan menguasai dirinya. 
Bagaimanapun juga hidup ini adalah pilihan pilihan. Seorang bebas memilih yang dia kehendaki, namun setiap pilihan pilihan dalam hidupnya ada resiko yang harus ditanggung. Semua sudah diterangkan Alloh dengan sejelas jelasnya bahwa sesuatu yang baik itu sudah jelas, demikian juga sesuatu yang burukpun juga telah jelas dan telah dijelaskan olehNya. 
Seakan Alloh mengatakan, silahkan saja bila mau memilih yang buruk..., tapi tanggung sendiri akibatnya demikian juga sebaliknya.
PAgi ini ane juga membaca artikel dengan judul Hidup Bukan Pilihan, sebebare gak jauh beda...tingggal bagaimana kita memaknai aja kok. simak ya ...
Hidup Bukan Pilihan
Mengapa ada orang jahat? Mengapa ada orang baik? Dan mengapa ada 
orang yang tidak peduli dengan kehidupannya di dunia ini? Bahkan ia 
ingin mengakhirinya sesegera mungkin. Naudzubillahi min dzalik.
Suatu pernyataan yang kurang tepat sedari kecil nampaknya telah 
mengungkung pikiran kita agar tetap terlena nyaman. Pernyataan inilah 
yang mampu menjawab tiga pertanyaan diatas. Katanya,
 hidup adalah pilihan. Akibatnya, dari sini selalu muncul pembenaran-pembenaran atas kelakuan kita yang melenceng dari syariat 
Islam.
 Hidup adalah pilihan, terlalu banyak yang bisa dipilih sesuai keinginan
 kita. Nafsu . Manusia senantiasa berfoya-foya dengan berbagai jalan 
hidup yang ingin ia tempuh. Selalu saja ada alasan untuk melonggarkan 
diri dari tuntunan Allah. Tapi, pernyataan ini sangat tidak pernah saya 
setujui, namun sayang saya belum mampu membuktikan bahwa 
hidup bukan pilihan ! 
Semuanya tertulis lengkap, rencana Allah untuk tiap kepala yang dihidupkan-Nya, di Laul Mahfudz. Berawal
 dari penciptaan embrio, kitalah yang dipercaya Allah untuk menjadi 
salah satu dari sekian ribu juta manusia bumi. Bukan kebetulan dan 
sekali lagi, hidup bukan pilihan. Kitalah sel telur yang berhasil 
dibuahi oleh sperma dan tumbuh hingga dewasa seperti sekarang ini. Allah
 yang memilih kita, tapi kita tidak bisa memilih untuk tetap bergelung 
di dalam rahim ibu. Kita harus dilahirkan dan hidup sebagai seorang Homo sapiens. Yang mungkin belum kita sadari, kita semua pernah berkomitmen dengan Allah, jauh sebelum kita dilahirkan.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak 
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa 
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: 
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang 
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya 
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan 
Tuhan).” QS. Al-A’raf : 172
Manusia telah diajari bertanggung jawab, bahkan sebelum ia menghirup 
oksigen di bumi. Allah sendiri yang berbicara langsung dengan Bani Adam 
(keturunan Adam) dan mengambil kesaksian atas masing-masing makhluk 
ciptaan-Nya ini. Allah menuntut kita menjadi seorang yang bertanggung 
jawab, dengan menepati janji yang telah disepakati kedua belah pihak. 
Perlu saya ulangi, kita memang tidak menyadari ada momen dimana kita 
berjanji langsung dengan Allah bahwa kita siap berpetualang di planet 
biru ini. Tapi telah jelas tertulis di Al-Quran bahwa benar ada adegan 
ini dan kita wajib mengimaninya. Siap atau  tidak roller coaster akan segera meluncur. Hidup akan terus bergulir. Tak ada pilihan menjadi orang malas, karena itu bukan ajaran Islam. Tak ada pilihan menjadi orang sombong, karena itu bukan ajaran Islam.
 Tak ada pilihan menjadi koruptor apalagi pembunuh, karena itu benar 
bukan ajaran Islam . Yang ada hanyalah pilihan untuk bersikap selayaknya
 agama ini diturunkan di semesta ini, rahmatan lil alamin.  Mengapa?
 Yah, ini konsekuensinya, kita harus menurut dengan Sang Empunya, 
menaati semua peraturan-Nya, dan tidak melanggar larangan-Nya.

Sungguh tidak ada alasan lagi bagi seorang manusia untuk melakukan 
perbuatan yang “suka-suka” atau mereka memang sedang sengaja 
mendeklarasikan diri sebagai orang yang tak tahu diri. Orang yang tak 
bisa menepati janji. Sudah diberi jatah hidup, malah dihabiskan untuk mengkhianati perjanjian di awal dengan pihak kedua, Sang Pencipta.
 
Dari sini saya makin yakin dengan prinsip yang selama ini masih 
abu-abu bahwa hidup memang bukan pilihan. Bukan tempat untuk coba-coba 
hal negatif atau coba-coba bermaksiat. Karena hidup dengan kaki 
menginjak tanah hitam ini merupakan ujian menuju level selanjutnya, 
kehidupan yang kekal : akhirat. Jika kita masih bertahan sebagai salah 
satu penduduk bumi, itu artinya kita telah lolos kualifikasi dan 
dianggap mampu  memakmurkan bumi oleh Allah. Jangan pernah mengkhianati 
kepercayaan Allah ini dengan berlaku semena-mena baik terhadap diri 
sendiri, orang lain, maupun alam tempat tinggal kita. Jangan pernah 
mengecewakannya. Ditambah lagi, hidup ini bukan main-main. Allah sendiri
 yang mengatakan di Al-Qur’an :
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan 
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan 
kepada Kami? QS. Al-Mu’minun : 115
Mugkin dari sini muncul alasan lain, pemberontakan “Why so serious?”
 oleh kalangan yang tak kenal dosa. Semoga kita bukan termasuk 
orang-orang golongan ini, golongan yang tidak berpikir. Tidak visioner. 
Mereka bersenda gurau berlebihan, berleha-leha di dunia, dan melakukan 
sesuatu semau mereka. Apa namanya jika mereka bukan disebut golongan 
yang tidak berpikir? Mereka hanya mendapat kesenangan semu, kepuasan dan
 tawa renyah sesaat. Tapi balasannya, mereka akan mendapat siksa yang 
pedih di akhirat nanti. Mereka masih menganggap hidup memiliki banyak 
pilihan yang bisa dimainkan seperti mengocok dadu di meja judi. 
Beruntung dan tersenyum haram. Ketidaksabaran menahan godaan untuk tetap
 di jalur yang benar harus ditebus dengan kehidupan yang kekal dengan 
kondisi sebaliknya dari yang ia lakukan selama di kehidupan fana. Jadi, 
tak bisakah kau bersabar sedikit lebih lama demi kehidupan kekal yang 
lebih indah, Kawan?
Saya mengalami sendiri, mendapat pencerahan ini adalah efek karena 
sering berinteraksi dengan Al-Qur’an. Selain membaca, mentadaburi, dan 
(insya allah) mengamalkannya selalu saya coba terapkan. Tak perlu kita, 
umat muslim, bingung mencari motivator atau psikiater karena dari kitab 
inilah justru jawaban semua masalah hati terpenuhi. Salah satunya adalah
 tentang penegas bahwa hidup kita bukan pilihan. Hidup harus 
dipertanggungjawabkan.
Yah, bahasa ini memang tak akan bisa seindah Al-Qur’an. Apalah daya 
tangan berjari limaku dalam membuat tulisan  jika dibandingkan dengan 
kuasa-Nya membuat langit, bumi, hingga bakteri Clostridium botulinum di dunia ini. Semoga sedikit ulasan ini bisa menjadi batu lompatan untuk menjadi muslim yang lebih baik lagi. Wallahu’alam bisshawab..